Blog Guru PPKn

Nilai-nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Kekuasaan Negara.

Blog Guru PPKn

Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

Blog Guru PPKn

Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia.

Kamis, 14 Juli 2022

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

A.    Facts

Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama.

Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.

Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran guru dalam hal ini adalah mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya dan mengurangi kontrol guru terhadap mereka sehingga mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Tugas guru sebagai pendamping dalam pengembangan potensi kepemimpinan murid adalah memfasilitasi murid terutama dalam pengelolaan program yang tentunya berdampak kepada mereka. Pengelolaan program tersebut dijabarkan dalam sebuah aksi nyata

Dalam aksi nyata Modul 3.3 ini saya mengimplementasikan program yang sebelumnya telah direncanakan, yaitu program “Menumbuhkan BUDIGEM (Budaya Literasi Generasi Milenial)”. Program ini dilaksanakan oleh adanya berbagai alasan tentang pentingnya literasi di kalangan generasi  terutama generasi masa kini (generasi milenial)

1.      Latar Belakang

Literasi pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam keterampilan membaca dan menulis. Hal tersebut sesuai dengan pengertian literasi sekolah menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa, dengan murid melakukan kegiatan minimal membaca dan menulis, berarti murid telah melakukan kegiatan literasi.

Persoalan literasi masih menjadi hal yang harus dibenahi di Indonesia. Padahal Buku memegang peranan sangat vital bagi kehidupan manusia. Hanya bangsa dengan minat baca yang tinggi menjadi prasyarat menuju masyarakat informasi yang merupakan ciri dari masyarakat modern. Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni sangat diperlukan jelang Indonesia Emas pada tahun 2045.

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Programme for International Student Assessment (PISA) diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains.

Menurut survei UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca

Persaingan dunia yang kompetitif ini membuat generasi Indonesia harus membekali dirinya dengan keterampilan dan kompetensi pengetahuan yang banyak dari berbagai aspek kehidupan serta kemapuan berkomunikasi yang baik. Tingkat literasi yang tinggi akan menciptakan generasi muda yang cerdas memiliki daya pikir kritis yang lebih kreatif dan inovatif. Kecerdasan dapat berkembang apabila literasi telah terintegrasi dalam setiap detik waktu hidup mereka.

Liteasi tidak hanya membaca tetapi dilanjutkan dengan kegiatan menulis Dalam kegiatan menulis membutukan kosa kata yang diperoleh dari membaca. Setelah memiliki bahan tulisan,tantangan selanjutnya adalah mengembangkan gagasan, hal tersebut tentunya memerlukan waktu untuk mengembangkan ide. Dan proses itulah yang biasanya membuat orang malas menulis. Selain itu, kurangnya minat membaca merupakan penyebab rendahnya budaya literasi dindonesia. Terkadang beberapa orang tidak mengerti manfaat dari mmbaca sehinnga tidak tertarik melakukanya.

Sumber daya manusia ini sangat potensial untuk membangun bangsa, potensi yang dimaksud adalah bahwa generasi muda merupakan Agent of change (agen perubahan) sehingga kunci keberhasilan literasi sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia tapi dengan  kemajuan teknologi yang semakin canggih memunculkan kekhawatiran tersendiri khususnya di Indonesia, tingkat literasi yang rendah adalah hal yang terpenting yang harus dihadapi dan menjadi tantangan untuk meningkatan budaya literasi khususnya pemuda karena kurangnya kesadaran generasi muda akan pentingnya literasi dan belum ada rasa cinta yang tertanam dalam kegiatan menulis dan membaca.

Begitu pun dengan kegiatan sehari-hari peserta didik di sekolah, suara-suara murid baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran belum begitu terdengar, pilihan-pilihan belum terakomodasi, serta kurangnya rasa kepemilikan peserta didik baik di kelas maupun di sekolah. Sedangkan aset-aset sekolah cukup lengkap untuk mendukung pertumbuhan peserta didik dalam pembelajaran.

2.      Tujuan

Menumbuhkan budaya literasi pada generasi milenial merupakan sebuah program dengan tujuan untuk meningkatkan budaya literasi pada generasi milenial saat ini dan membangun kesadaran minat baca mereka, Pentingnya membudayakan minat baca akan menambah wawasan serta merubah pola pikir murid untuk mencintai membaca.

3.      Tolok Ukur

Tolak ukur dari inisiasi perubahan adalah tumbuhnya budaya literasi pada generasi masa kini (generasi milenial), sehingga dapat mengasah kemampuan untuk menjadi beripikir secara kritis, kreatif, inovatif serta menumbuhkan budi pekerti murid. Keterampilan berliterasi juga dapat mendorong murid untuk bisa memahami informasi secara reflektif, analitis dan krisis.

4.      Dukungan yang Dibutuhkan

Untuk melakasanakan aksi nyata diperlukan kolaborasi semua pihak di sekolah, sehingga saya memerlukan bantuan pemangku kepentingan di sekolah seperti; kepala sekolah, rekan sejawa, staf TU, peserta didik (murid). orangtua dan juga dukungan sarana dan prasarana..

5.      Linimasa Tindakan yang Dilakukan





B.     Feeling

Perasaan yang saya rasakan terkait aksi nyata tersebut adalah optimis dan sangat bersemangat, karena memiliki harapan besar kepada murid-murid untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai impian mereka. Saya juga merasa sangat antusias dan juga tertantang untuk menentukan langkah-langkah apa yang selanjutnya akan saya lakukan dalam aksi nyata ini dalam mengelola program yang berdampak pada murid, yaitu dalam hal membangun budaya literasi pada generasi milenial terutama di sekolah saya.

C.    Finding

Dalam aksi nyata kali ini hal yang menjadi pembelajaran berharga adalah bahwa sebuah perubahan haruslah dimulai dengan murid, oleh murid dan untuk murid karena sejatinya tugas kita sebagai pendidik adalah menuntun, memfasilitasi anak didik agar mereka mendapatkan hal yang bermanfaat untuk bekalnya dalam hidup bermasyarakat.

Selain itu sebagai guru, maka sangat penting untuk mengubah mindset atau sudut pandang kita terkait bagaimana mengelola program yang berdampak pada murid sehingga program yang terlaksana memberikan manfaat yang sangat besar dalam peningkatan mutu sumber daya manusia yang lebih baik.

D.    Future

            Saya berharap suasana kebatinan atau perasaan dan pikiran positif dalam melaksanakan aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid ini bisa saya terapkan secara konsisten sehingga akan memberikan warna dan mnciptakan sebuah perubahan di sekolah. 

        Sebagai seorang guru, maka saya harus mampu mengelola program yang memberikan dampak yang nyata dalam peningkatan bakat dan minat murid, yaitu dalam hal literasi. Pentingnya literasi dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan murid dalam memahami informasi secara jelas. Penguasaan literasi ini penting dalam mencapai kesuksesan. Dengan berliterasi murid dapat mengembangkan wawasan murid seluas mungkin. Selain itu, pentingnya kesadaran literasi sangat mendukung keberhasilan siswa dalam menangani berbagai persoalan.

Dokumentasi Aksi Nyata