Minggu, 30 November 2025

Surat untuk Sang Mutiara Hati


Anakku
Dengarkanlah suara hati ini. Entah ia sampai padamu lewat bisikan lembut pengantar tidur, lewat deretan huruf di layar ponselmu, atau kelak hadir sebagai gema ingatan saat rindu memanggil sosok kami. Biarkan untaian kalimat ini menjadi selimut yang menghangatkan jiwamu di saat dunia terasa dingin, dan menjadi kompas saat langkahmu kehilangan arah. Simpanlah ini baik-baik di saku hatimu, sebagai bukti cinta yang tak akan pernah putus oleh waktu.

Nak,

Jangan sampai engkau sibuk memoles "sampul" agar terlihat megah dan kekinian, sementara isi kepalamu berdebu, terkunci pada ruang masa lalu yang pengap. Jangan biarkan dirimu menjadi antologi kebodohan yang terbungkus rapi. Jadilah samudera yang tak pernah menolak sungai-sungai ilmu baru; jangan menjadi cangkir retak yang merasa sudah penuh air, padahal sejatinya ia bocor dan kering.

Nak,

Biarkan gagasanmu yang membuat dunia berhenti sejenak dan menoleh, bukan sekadar merek mahal yang menempel di dadamu. Biarlah kehadiranmu menjadi solusi yang dinanti-nanti, bukan hartamu yang dipuja-puja. Ingatlah, kilau emas bisa pudar oleh karat dan waktu, tetapi ketajaman akal dan keluwesan wawasan adalah lentera yang apinya tak akan pernah mati, meski badai zaman menerjang.

 

Nak,

Ketahuilah, kecerdasan tanpa rasa hanyalah mesin yang dingin dan angkuh. Elok rupa tanpa etika hanyalah kerangka kosong yang hampa. Maka, saya berdoa semoga hatimu tumbuh melampaui usiamu. Bijaklah untuk mendengar di saat yang lain sibuk berteriak. Bijaklah untuk merasakan luka orang lain sebelum engkau menghakiminya. Bijaklah untuk menjadi manusia yang tugas utamanya adalah memanusiakan sesama.

 

Jadilah indah, Nak. Bukan hanya indah dipandang mata, tapi indah yang menyejukkan rasa dan mendamaikan logika.

 

Nak

Janganlah engkau seperti ilalang yang menari elok hanya karena mengikuti arah angin, tetapi patah begitu badai datang. Jadilah seperti pohon beringin yang akarnya menghunjam kuat ke dalam bumi keyakinan, meski dahannya menjulang tinggi menyentuh langit zaman.

 

Biarkan orang lain sibuk memamerkan "buah" keberhasilan mereka yang ranum. Tugasmu bukan untuk pamer, tapi untuk memastikan "akarmu" tidak busuk. Karena ketahuilah, Nak, pohon yang tumbang bukan karena angin yang terlalu kencang, tapi karena akarnya yang lupa cara mencengkeram tanah.

 

Nak

Dunia ini panggung sandiwara yang bising. Jika engkau hanya mengandalkan wajah dan pakaianmu, engkau hanya akan menjadi properti panggung yang diganti saat layar ditutup. Tapi jika engkau mengandalkan ilmu dan adab, engkau adalah naskah yang akan selalu dikenang meski pertunjukan telah usai.

 

Maka, rendahkan hatimu serendah mutiara di dasar laut, agar tak sembarang orang bisa menginjakmu. Jadilah mahal, Nak. Bukan karena barang yang kau pakai, tapi karena prinsip yang kau pegang tak bisa dibeli dengan harga berapa pun.

 

Nak

Hidup ini bukan tentang siapa yang paling terang lampunya, tetapi siapa yang paling berani menyalakan lilin di tengah kegelapan orang lain. Jangan sampai engkau menjadi menara gading yang megah, tapi pintunya tertutup rapat bagi mereka yang membutuhkan berteduh.

 

Gelar di belakang namamu hanyalah deretan huruf mati jika ia tidak mampu menghidupkan harapan orang lain. Jabatanmu hanyalah kursi kosong jika ia tidak engkau gunakan untuk mengangkat derajat mereka yang terjatuh.

 

Nak

Kelak engkau akan paham, bahwa wangi parfum termahal pun akan hilang terbawa angin. Namun, wangi kebaikan hati akan tetap tercium bahkan setelah engkau tiada.

 

Jangan hanya pandai menghitung untung dan rugi, tapi pandailah menghitung berapa banyak air mata yang sudah kau seka, dan berapa banyak senyum yang sudah kau ukir.

 

Jadilah manusia yang genap. Genap akalnya untuk berpikir benar. Genap hatinya untuk merasa peka. Agar kehadiranmu bukan menjadi beban bumi, melainkan menjadi rahmat bagi semesta.

 

Nak

Jangan habiskan usiamu untuk memahat topeng agar disukai dunia, sementara wajah aslimu di balik sana menangis kesepian. Jangan biarkan "feed" sosial mediamu penuh warna, namun hari-harimu sebenarnya kelabu dan hampa makna.

 

Keindahan fisik itu seperti bunga potong; segar sesaat lalu layu dibuang. Namun keindahan akhlak itu seperti mata air, semakin diambil manfaatnya, semakin jernih ia mengalir.

 

Nak

Engkau tidak diciptakan untuk menjadi replika orang lain. Engkau adalah mahakarya Tuhan yang otentik. Jangan tukar harga dirimu dengan validasi semu berupa "like" dan pujian palsu.

 

Beranilah menjadi berbeda karena benar, daripada sama tapi salah. Beranilah terlihat sederhana namun kaya gagasan, daripada terlihat mewah namun miskin tujuan.

 

Jadilah sejuk, Nak. Sejuk bagi mata yang memandang, sejuk bagi telinga yang mendengar, dan sejuk bagi hati yang merindukan kedamaian.

0 komentar:

Posting Komentar