Blog Guru PPKn

Nilai-nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Kekuasaan Negara.

Blog Guru PPKn

Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

Blog Guru PPKn

Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia.

Minggu, 24 April 2022

Laporan Aksi Nyata Modul 2.1 dan 2.2 Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional

A.    Latar Belakang

Pada proses pembelajaran di dalam kelas, guru yang berperan dalam hal ini tentunya dihadapakan pada berbagai kenyataan-kenyataan seputar permasalahan dalam pembelajaran. Fakta yang ditemukan adalah pendidik tak lepas dengan situasi dimana setiap murid yang diajarkan memiliki berbagai macam keberagaman yang unik. Karakteristik murid yang bervariasi dan bermacam kekuatan yang dimilikinya serta keterampilan murid yang menarik. Ini merupakan sebuah tantangan bagi setiap pendidik untuk bisa memberikan keputusan dalam menyusun strategi pembelajaran yang berhubungan dengan fakta tersebut serta dengan memperhatikan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara, pendidik diibaratkan sebagai seorang petani dan murid-murid adalah benihnya. Petani harus mampu menyediakan wadah atau lahan bagi benih-benih tersebut dan melakukan berbagai cara serta usaha untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan dari benih. Begitulah seorang pendidik dalam pembelajaran harus juga memperhatikan kekuatan kodrat anak yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya, karena bagaimanapun pemberlakuan yang diberikan kepada anak harus berpihak pada anak. Peran dari seorang pendidik juga diutamakan untuk bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila yang diharapkan bisa diintegrasikan dengan visi misi sekolah yang berpihak kepada murid. Program-program sekolah terkait dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid harus lebih ditingkatkan dan dimaksimalkan guna mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan, efektif dan optimal.

Berkaitan dengan fakta dan tantangan di atas, pendidik bisa menerapkan sebuah pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap individu. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Adapun keputusan tersebut dibuat berkaitan dengan: (1) lingkungan belajar yang “mengundang” murid untuk belajar; (2) tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas; (3) penilaian berkelanjutan; (4) merespon kebutuhan belajar murid dan (5) manajemen kelas yang efektif.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi diterapkan, pendidik harus melakukan beberapa hal diantaranya pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid dan menentukan strategi pembelajaran diferensiasi. Untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid, pendidik harus memperhatikan tiga aspek kebutuhan belajar murid yaitu kesiapan belajar (readiness), minat dan profil/gaya belajar murid. Selain itu juga perlu untuk menentukan strategi pembelajaran diferensiasi yang akan diterapkan dalam pembelajaran seperti diferensiasi konten, proses dan produk. Setelah semuanya dapat didiagnosa dan ditentukan dengan baik, maka pendidik bisa memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan mampu untuk menciptakan lingkungan belajar dengan iklim yang menyenangkan, efektif, kondusif dan pastinya berpihak pada murid.

Adapun dalam pembelajaran di kelas perlu memperhatikan bagaimana perilaku anak ke diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang akan mempengaruhi proses pembelajaran anak dan satu di antaranya adalah pembelajaran sosial emosional dengan akronim SEL atau Social Emotional Learning. Pembelajaran sosial emosional ini dilakukan oleh semua komunitas sekolah baik oleh anak dalam hal ini murid, pendidik maupun orangtua. Adapun kompetensi dari pembelajaran sosial emosional atau KSE yaitu kesadaran diri (mengenali emosi), pengelolaan diri (mengelola emosi dan fokus), kesadaran sosial (empati), keterampilan berhubungan sosial atau daya lenting (resiliensi) dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kelima kompetensi tersebut bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dengan berbagai macam teknik yang bisa dilakukan, salah satunya adalah Latihan bernapas dengan kesadaran penuh STOP.

B.     Deskripsi Aksi Nyata

1.      Tujuan

a.     Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan memperhatikan kebutuhan belajar siswa melalui pemetaan.

b.  Menerapkan strategi pembelajaran diferensiasi di kelas sesuai dengan pemetaan kebutuhan belajar siswa

c.  Mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional berupa salah satu atau dua dari kelima kompetensi sosial emosional dengan panduan teknik-teknik yang sudah ada.

2.      Tolok Ukur

a.  Tercapainya tujuan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan beberapa aspek penilaian dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan

b.  Tercapainya pembelajaran sosial emosional di kelas dengan lembar observasi dari kompetensi sosial emosional yang diterapkan

3.      Linimasa Tindakan Yang Akan Dilakukan
Adapun rincian dari tindakan aksi nyata yang dilakukan: 

Minggu I
Meminta izin dan dukungan dari kepala sekolah serta sosialisasi kepada rekan sejawat di sekolah

Minggu II
Sosialisasi kepada siswa di kelas dan melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. 

Minggu III
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional di kelas 

Minggu IV
Evaluasi dan refleksi dari pembelajaran berdiferensi dan kompetensi sosial emosional di kelas

4.      Dukungan Yang Dibutuhkan

        Dalam menerapkan aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional ini dibutuhkan beberapa dukungan dari berbagai pihak di sekolah terutama siswa sebagai subyek pelaksana kegiatan. Dukungan lain dari kepala sekolah, rekan sejawat dan sarana prasarana yang ada di sekolah

C.    Hasil Aksi Nyata

         Adapun hasil aksi nyata dari kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional ini adalah:

1.    Terlaksananya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional dengan baik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta lembar observasi kompetensi sosial emosional

2. Dalam kompetensi sosial emosional, siswa mampu melakukan teknik STOP dan memahami kesadaran diri serta sosial.

Proses implementasi pelaksanaan aksi nyata dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.      RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

·         Identitas Program Pendidikan     

Mata Pelajaran                  :   PPKn
Kelas / Semester               :   XI / Ganjil
Materi                       :   Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila
Sub Materi                        :    Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Alokasi Waktu                  :    2 JP : 1 x Pertemuan (2 x 30 menit) PTM Terbatas 

·       Tujuan Pembelajaran (ABCD : audience, behavior, conditioning, degree.
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran (mengamati tayangan video, mengamati kasus, diskusi, dan menggali informasi), peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kasus pelanggaran hak asasi manusia.

a.       Pembelajaran Berdiferensiasi

1.      Diferensiasi Konten

·       Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik berkaitan dengan materi Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

·       Peserta didik dibentuk dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja : untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

·       Peserta didik difasilitasi oleh guru membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia 

2.      Diferensiasi Proses

·      Sebelum kegiatan KBM di ruang kelas, guru mengirimkan informasi melalui WA Group Kelas untuk membuka tautan materi yang telah disiapkan pada LMS Schoology.  Materi yang disiapkan terdiri dari berbagai bentuk dengan tujuan untuk mengakomodir kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda.

·      Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik :
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia, sesuai gaya belajar masing-masing.

·      Guru menjelaskan tahap pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik melalui slide presentasi yang informatif

·      Peserta didik secara mandiri menggali sebanyak mungkin informasi sesuai dengan topik.

ΓΌ  Tayangan video

ΓΌ  Infografis

ΓΌ  Artikel

ΓΌ  Mind Map

ΓΌ  PPT

·        Peserta didik mengamati masing-masing media tentang Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia dan guru bertanya  tentang isi dari media yang telah disiapkan. 

3.      Diferensiasi Produk

·         Peserta didik mengolah data hasil eksplorasinya

·   Peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil tentang data yang sudah dikumpulkan secara individu pada kegiatan sebelumnya

·   Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

·   Peserta didik dibebaskan untuk membuat rangkuman dari informasi yang didapatkan dalam ragam bentuk (Infografis, poster, mind map, PPT, google slide, atau flipping book) agar lebih mudah dan dirasa dapat menggambarkan pemahaman mereka.

b.      Pembelajaran Sosial dan Emosional

1.      Kegiatan Pendahuluan

·        KSE : Kesadaran Diri
Menyiapkan kondisi fisik dan psikis peserta didik melalui latihan bernafas dengan kesadaran penuh dengan metode STOP

2.      Kegiatan Inti

·       KSE : Keterampilan Berelasi
Peserta didik dibentuk dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja :  untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

·       KSE : Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil tentang data yang sudah dikumpulkan secara individu pada kegiatan sebelumnya

·       KSE : Kesadaran Sosial
Peserta didik menyajikan hasil kerjanya. Peserta didik yang lain menanggapi dan saling menghargai pendapat dalam diskusi. Sementara itu guru memfasilitasi, memantau, dan melakukan penilaian.

2.      Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional ini dilaksanakan dengan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning dengan harapan pada akhir pembelajaran peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kasus pelanggaran hak asasi manusia.

Proses pembelajaran diawali dengan melakukan pemetaan kelompok diskusi berdasarkan minat belajar peserta didik pada kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu yaitu peristiwa tanjung priok, kasus pembunuhan Marsinah, tragedi Trisakti, kasus pembunuhan Munir, tragedi Semanggi, dan pelanggaran HAM Papua.

Pembimbingan kelompok diskusi dilakukan berdasarkan kebutuhan kelompok melalui whatsapp group. Peserta didik yang tergabung dalam kelompok diskusi dibebaskan untuk membuat rangkuman dari informasi yang didapatkan dalam berbagai ragam bentuk media yang diminati (Infografis, poster, mind map, PPT, google slide, atau flipping book) agar lebih mudah dan dirasa dapat menggambarkan pemahaman mereka

D.    Refleksi Aksi Nyata

Aksi nyata yang telah dilakukan berjalan dengan baik. Namun perlu dimaksimalkan lagi karena alokasi waktu yang terbatas untuk tatap muka dalam pembelajaran. Pada proses pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ini, awalnya mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan diferensiasi dan sosial emosional pada tahapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perlu rancangan yang matang dalam penjabarannya. Namun, setelah terintegrasi pada tahapan pembelajaran, ternyata pelaksanaannya menjadi lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan peserta didik, kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar, peserta didik dapat lebih semangat, lebih memaksimalkan kinerja belajarnya sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pembelajaran sosial emosional juga sangat mendukung pembelajaran. Melalui PSE, peserta didik menjadi semakin sadar akan posisi mereka, hadir sepenuhnya dalam pembelajaran, lebih tenang dan fokus dengan tujuan pembelajaran, dapat berlatih mengambil keputusan sesuai dengan minat mereka tentang kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang pernah terjadi di Indonesia.

Melalui pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional, peserta didik terlihat lebih nyaman dalam belajar karena dapat menyesuaikan dengan kesiapan, minat, profil belajarnya sehingga kemerdekaan belajar dapat terwujud dan meningkatkan prestasi akademik menjadi lebih baik.

E.     Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

1.    Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan alokasi waktu serta ketersediaan sarana prasarana untuk lebih mendukung proses pembelajaran supaya lebih menarik, menyenangkan dan berpihak pada siswa.

2.    Memperbaiki pola diferensiasi terutama pada sisi diferensiasi proses pembelajaran agar lebih bervariasi lagi.

3.    Meningkatkan pembelajaran social emosional (PSE) baik melalui kegiatan yang terintegrasi dalam pembelajaran, kegiatan rutin, atau bahkan budaya positif sekolah sehingga keterampilan social emosional dapat dikuasai oleh peserta didik. Semoga dapat berkolaborasi dengan semua guru mata pelajaran tentang pembelajaran berdiferensiasi dan social emosional, sehingga tercipta lingkungan belajar yang mampu mengundang peserta didik untuk belajar secara merdeka dan nyaman, layaknya taman siswa Ki Hajar Dewantara yang menyenangkan.

F.    Dokumentasi
Berikut potret dokumentasi aksi nyata pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosial
1.      Pemetaan Kebutuhan Belajar Peserta Didik
a.       Penyiapan materi diskusi kelompok sesuai sub materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

      b.   Pemilihan materi diskusi kelompok berdasarkan minat peserta didik melalui padlet.

        c.   Hasil pemetaan materi diskusi kelompok berdasarkan pilihan peserta didik.

2.      Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional di Kelas
a.      Kegiatan Pendahuluan
·         Orientasi
Pembukaan (salam pembuka, berdo’a, absensi kelas, dan lain-lain)

      ·      Informasi hasil pemetaan materi diskusi kelompok sesuai kebutuhan beajar peserta didik.


·                                                 ·         Menyiapkan kondisi fisik dan psikis peserta didik melalui latihan bernafas dengan                                    kesadaran penuh dengan metode STOP (KSE : Kesadaran Diri)

      ·     Apersepsi
Mengaitkan pembelajaran yang telah lalu, serta pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik.

·      Motivasi dan Pemberian Acuan
     Menampilkan video motivasi 

                    b.    Kegiatan Inti
·   Stimulation (Pemberian Rangsangan)
ΓΌ  Menampilkan video ilustrasi tentang materi pembelajaran

ΓΌ  Menggali informasi dari berbagai media.

              ·     Problem Statement (Pertanyaan/identifikasi Masalah)
     Mengidentifikasi hal yang belum dipahami

·     Data Collection (Pengumpulan Data) 
     Membentuk kelompok diskusi untuk membentuk informasi

·     Data Processing (Pengolahan Data)
     Berdiskusi dan mengolah informasi

·     Verification (Pembuktian)
     Menyajikan hasil kerja (presentasi) 

·     Generalization (Menarik Kesimpulan) 
     Menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari

C.   Kegiatan Penutup
·    Refleksi pembelajaran dan refleksi diri


·    Agenda kegiatan tindak lanjut, rencana pembelajaran pertemuan yang akan datang, berdo’a, dan salam penutup.

3.      Dokumentasi pada LMS Pembelajaran
a.       Tahapan Pembelajaran

      

b.       Kelompok Diskusi

        


                            c.       Refleksi Pembelajaran dan Refleksi Diri
                                    

4.      Dokumentasi lainnya
a.       Link Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
       RPP pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dapat diakses (di sini)

      b.    Link Video Aksi Nyata
       Video aksi nyata dapat diakses (di sini)

      c.    Link laporan aksi nyata modul 2.1 dan 2.2
       Laporan aksi nyata ini dapat diakses (di sini)






ΓΌ 








Kamis, 07 April 2022

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching


A.    Pendidikan Sistem Among

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dapat berperan sebagai edukator, manajer, motivator, fasilitator, coach, mentor, maupun administrator bagi peserta didik. Namun peran penting dari kepemimpinan seorang guru adalah sebagai agen perubahan dan agen transformasi di dunia pendidikan. Tugasnya adalah menuntun tumbuh kembangnya kekuatan kodrat yang dimiliki oleh peserta didik, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya. Dalam proses menuntun, peserta didik diberi kebebasan dan pendidik/guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar peserta didik tidak kehilangan arah. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar peserta didik dapat menemukan kemerdekaan dan kebahagiannya dalam belajar.

B.     Pengertian Coaching

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis dimana coach sebagai fasilitator untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee.

C.    Perbedaan Coaching, Konseling, dan Mentoring

Perbedaan coaching, konseling, dan mentoring dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Coaching dilakukan dengan tujuan agar coachee dapat menyelesaikan permasalahannya dengan memaksimalkan potensinya sendiri. Hubungan antara coach dengan coachee adalah kemitraan. Dalam hubungan ini akan membantu coachee mengarahkan untuk mengambil keputusannya sendiri. Coaching dapat dilakukan oleh seorang yang ahli di bidang coach, guru, atau rekan sejawat
  •  Konseling dilakukan dengan tujuan untuk membantu konseli dalam memecahkan masalahnya, konselor juga dapat langsung memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Konseling dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.
  • Mentoring dilakukan dengan tujuan untuk membantu mentee menyelesaikan masalah dengan berbagi pengalaman atau berbagi tips bagaimana menyelesaikan masalah.

D.    Prinsip-prinsip Coaching

Terdapat 3 prinsip-prinsip coaching, yaitu:
1. Kemitraan
Kemitraan ditandai adanya tujuan percakapan yang disepakati oleh coachee.
2. Percakapan dua arah
Hal ini dilakukan untuk menggali, memetakan situasi coachee, atau memunculkan pemikiran atau ide-ide yang baru.
3. Memaksimalkan potensi
Percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee serta menghasilkan rencana dan komitmen

E.     Keterampilan Dasar Coaching

Ada 3 keterampilan dasar dalam melaksanakan coaching, yaitu:
1. Keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan)
2. Keterampilan berkomunikasi
3. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Untuk mendukung terlaksananya coaching, seorang coach harus membangun komunikasi yang memberdayakan. Ada 4 aspek komunikasi yang memberdayakan, yaitu:
1. Komunikasi Asertif
2. Pendengar aktif yang mendengarkan dengan rasa (receive, appreciative, summary, ask)
3. Bertanya efektif, terbuka, fokus pada tujuan, reflektif, mengukur pemahaman, eskplorasi, dan aksi.
4. Umpan balik positif

F.     Coaching Model Tirta

Dalam membangun semangat merdeka belajar dan meningkatkan potensi murid, seorang guru tentunya harus menguasai keterampilan coaching. Model Tirta merupakan salah satu yang dapat diterapkan dalam praktik coaching. Terdapat 4 tahapan coaching model TIRTA, yaitu:
1. Tujuan Utama
2. Identifikasi
3. Rencana Aksi
4. Tanggung Jawab

G.    Keterkaitan Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Memiliki tujuan yang sama yaitu, untuk meningkatkan potensi murid sesuai bakat, minat, dan kesiapan belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru diharapkan menerapkan coaching model TIRTA sebagai salah satu cara untuk menuntun dan mengembangkan potensi murid sesuai kemampuannya sendiri.

H.    Keterkaitan Coaching dengan Keterampilan Sosial Emosional.

Coaching sangat berkaitan dengan keterampilan sosial emosional saat coach melaksanakan coaching, tentunya harus memiliki dan mampu mengimplementasikan 5 kompetensi dasar keterampilan sosial emosional, yaitu;
1. Kesadaran diri
2. Pengelolaan diri
3.  Kesadaran sosial
4. Keterampilan sosial
5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Dalam menuntun, membimbing dan mengarahkan coachee, seorang coach harus dapat mendorong dan menggali segala potensi yang ada pada dirinya dalam kegiatan rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol.

I.       Refleksi
1. Melalui coaching akan terbangun kolaborasi antara coach dan coachee untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi bahagia.
2. Kemampuan komunikasi yang memberdayakan menjadi kunci dari proses coaching sebab coach akan menuntun dengan berbagai pendekatan dan teknik untuk mendorong coachee agar dapat menemukan solusi dan mengambil keputusan dari permasalahannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya.

J.      Kesimpulan

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan keterampilan sosial emosional dan coaching model TIRTA dapat mewujudkan merdeka belajar sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.