Kamis, 07 April 2022

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching


A.    Pendidikan Sistem Among

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dapat berperan sebagai edukator, manajer, motivator, fasilitator, coach, mentor, maupun administrator bagi peserta didik. Namun peran penting dari kepemimpinan seorang guru adalah sebagai agen perubahan dan agen transformasi di dunia pendidikan. Tugasnya adalah menuntun tumbuh kembangnya kekuatan kodrat yang dimiliki oleh peserta didik, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya. Dalam proses menuntun, peserta didik diberi kebebasan dan pendidik/guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar peserta didik tidak kehilangan arah. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar peserta didik dapat menemukan kemerdekaan dan kebahagiannya dalam belajar.

B.     Pengertian Coaching

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis dimana coach sebagai fasilitator untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee.

C.    Perbedaan Coaching, Konseling, dan Mentoring

Perbedaan coaching, konseling, dan mentoring dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Coaching dilakukan dengan tujuan agar coachee dapat menyelesaikan permasalahannya dengan memaksimalkan potensinya sendiri. Hubungan antara coach dengan coachee adalah kemitraan. Dalam hubungan ini akan membantu coachee mengarahkan untuk mengambil keputusannya sendiri. Coaching dapat dilakukan oleh seorang yang ahli di bidang coach, guru, atau rekan sejawat
  •  Konseling dilakukan dengan tujuan untuk membantu konseli dalam memecahkan masalahnya, konselor juga dapat langsung memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Konseling dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.
  • Mentoring dilakukan dengan tujuan untuk membantu mentee menyelesaikan masalah dengan berbagi pengalaman atau berbagi tips bagaimana menyelesaikan masalah.

D.    Prinsip-prinsip Coaching

Terdapat 3 prinsip-prinsip coaching, yaitu:
1. Kemitraan
Kemitraan ditandai adanya tujuan percakapan yang disepakati oleh coachee.
2. Percakapan dua arah
Hal ini dilakukan untuk menggali, memetakan situasi coachee, atau memunculkan pemikiran atau ide-ide yang baru.
3. Memaksimalkan potensi
Percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee serta menghasilkan rencana dan komitmen

E.     Keterampilan Dasar Coaching

Ada 3 keterampilan dasar dalam melaksanakan coaching, yaitu:
1. Keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan)
2. Keterampilan berkomunikasi
3. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Untuk mendukung terlaksananya coaching, seorang coach harus membangun komunikasi yang memberdayakan. Ada 4 aspek komunikasi yang memberdayakan, yaitu:
1. Komunikasi Asertif
2. Pendengar aktif yang mendengarkan dengan rasa (receive, appreciative, summary, ask)
3. Bertanya efektif, terbuka, fokus pada tujuan, reflektif, mengukur pemahaman, eskplorasi, dan aksi.
4. Umpan balik positif

F.     Coaching Model Tirta

Dalam membangun semangat merdeka belajar dan meningkatkan potensi murid, seorang guru tentunya harus menguasai keterampilan coaching. Model Tirta merupakan salah satu yang dapat diterapkan dalam praktik coaching. Terdapat 4 tahapan coaching model TIRTA, yaitu:
1. Tujuan Utama
2. Identifikasi
3. Rencana Aksi
4. Tanggung Jawab

G.    Keterkaitan Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Memiliki tujuan yang sama yaitu, untuk meningkatkan potensi murid sesuai bakat, minat, dan kesiapan belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru diharapkan menerapkan coaching model TIRTA sebagai salah satu cara untuk menuntun dan mengembangkan potensi murid sesuai kemampuannya sendiri.

H.    Keterkaitan Coaching dengan Keterampilan Sosial Emosional.

Coaching sangat berkaitan dengan keterampilan sosial emosional saat coach melaksanakan coaching, tentunya harus memiliki dan mampu mengimplementasikan 5 kompetensi dasar keterampilan sosial emosional, yaitu;
1. Kesadaran diri
2. Pengelolaan diri
3.  Kesadaran sosial
4. Keterampilan sosial
5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Dalam menuntun, membimbing dan mengarahkan coachee, seorang coach harus dapat mendorong dan menggali segala potensi yang ada pada dirinya dalam kegiatan rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol.

I.       Refleksi
1. Melalui coaching akan terbangun kolaborasi antara coach dan coachee untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi bahagia.
2. Kemampuan komunikasi yang memberdayakan menjadi kunci dari proses coaching sebab coach akan menuntun dengan berbagai pendekatan dan teknik untuk mendorong coachee agar dapat menemukan solusi dan mengambil keputusan dari permasalahannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya.

J.      Kesimpulan

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan keterampilan sosial emosional dan coaching model TIRTA dapat mewujudkan merdeka belajar sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

0 komentar:

Posting Komentar