A. Pendidikan Sistem Among
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dapat berperan sebagai edukator,
manajer, motivator, fasilitator, coach, mentor, maupun administrator bagi peserta
didik. Namun peran penting dari kepemimpinan seorang guru adalah sebagai agen
perubahan dan agen transformasi di dunia pendidikan. Tugasnya adalah menuntun tumbuh
kembangnya kekuatan kodrat yang dimiliki oleh peserta didik, baik kodrat alam
maupun kodrat zamannya. Dalam proses menuntun, peserta didik diberi kebebasan
dan pendidik/guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar peserta
didik tidak kehilangan arah. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar
peserta didik dapat menemukan kemerdekaan dan kebahagiannya dalam belajar.
B. Pengertian
Coaching
Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan sistematis dimana coach sebagai fasilitator untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi coachee.
C. Perbedaan
Coaching, Konseling, dan Mentoring
Perbedaan coaching, konseling, dan mentoring dapat digambarkan sebagai
berikut:
- Coaching dilakukan dengan tujuan agar coachee dapat menyelesaikan permasalahannya dengan memaksimalkan potensinya sendiri. Hubungan antara coach dengan coachee adalah kemitraan. Dalam hubungan ini akan membantu coachee mengarahkan untuk mengambil keputusannya sendiri. Coaching dapat dilakukan oleh seorang yang ahli di bidang coach, guru, atau rekan sejawat
- Konseling dilakukan dengan tujuan untuk membantu konseli dalam memecahkan masalahnya, konselor juga dapat langsung memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Konseling dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.
- Mentoring dilakukan dengan tujuan untuk membantu mentee menyelesaikan masalah dengan berbagi pengalaman atau berbagi tips bagaimana menyelesaikan masalah.
D. Prinsip-prinsip
Coaching
Terdapat 3 prinsip-prinsip coaching, yaitu:
1. Kemitraan
Kemitraan ditandai adanya tujuan percakapan
yang disepakati oleh coachee.
2. Percakapan
dua arah
Hal ini dilakukan untuk menggali, memetakan
situasi coachee, atau memunculkan pemikiran atau ide-ide yang baru.
3. Memaksimalkan
potensi
Percakapan ditutup dengan kesimpulan yang
dinyatakan oleh coachee serta menghasilkan rencana dan komitmen
E. Keterampilan
Dasar Coaching
Ada 3 keterampilan dasar dalam melaksanakan coaching, yaitu:
1. Keterampilan
membangun hubungan baik (kemitraan)
2. Keterampilan
berkomunikasi
3. Keterampilan
memfasilitasi pembelajaran
Untuk mendukung terlaksananya coaching, seorang coach harus membangun
komunikasi yang memberdayakan. Ada 4 aspek komunikasi yang memberdayakan,
yaitu:
1. Komunikasi
Asertif
2. Pendengar
aktif yang mendengarkan dengan rasa (receive, appreciative, summary, ask)
3. Bertanya
efektif, terbuka, fokus pada tujuan, reflektif, mengukur pemahaman, eskplorasi,
dan aksi.
4. Umpan
balik positif
F. Coaching
Model Tirta
Dalam membangun semangat merdeka belajar dan meningkatkan potensi murid,
seorang guru tentunya harus menguasai keterampilan coaching. Model Tirta
merupakan salah satu yang dapat diterapkan dalam praktik coaching. Terdapat 4
tahapan coaching model TIRTA, yaitu:
1. Tujuan
Utama
2. Identifikasi
3. Rencana
Aksi
4. Tanggung
Jawab
G. Keterkaitan
Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Memiliki tujuan yang sama yaitu, untuk meningkatkan potensi murid sesuai
bakat, minat, dan kesiapan belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru
diharapkan menerapkan coaching model TIRTA sebagai salah satu cara untuk
menuntun dan mengembangkan potensi murid sesuai kemampuannya sendiri.
H. Keterkaitan
Coaching dengan Keterampilan Sosial Emosional.
Coaching sangat berkaitan dengan
keterampilan sosial emosional saat coach melaksanakan coaching, tentunya harus
memiliki dan mampu mengimplementasikan 5 kompetensi dasar keterampilan sosial
emosional, yaitu;
1. Kesadaran diri
2. Pengelolaan
diri
3. Kesadaran
sosial
4. Keterampilan
sosial
5. Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab
Dalam menuntun, membimbing dan mengarahkan coachee, seorang coach harus
dapat mendorong dan menggali segala potensi yang ada pada dirinya dalam
kegiatan rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol.
I. Refleksi
1. Melalui
coaching akan terbangun kolaborasi antara coach dan coachee untuk mencari
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi bahagia.
2. Kemampuan
komunikasi yang memberdayakan menjadi kunci dari proses coaching sebab coach
akan menuntun dengan berbagai pendekatan dan teknik untuk mendorong coachee agar
dapat menemukan solusi dan mengambil keputusan dari permasalahannya sendiri
berdasarkan potensi yang dimilikinya.
J. Kesimpulan
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan keterampilan sosial emosional dan coaching model TIRTA dapat mewujudkan merdeka belajar sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.
0 komentar:
Posting Komentar