Kamis, 30 Desember 2021

AKSI NYATA MODUL 1.1 PENERAPAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DI KELAS DAN DI SEKOLAH

A.    Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan yang sangat pesat tentunya membuka ruang yang seluas-luasnya bagi guru sebagai agen transformasi pendidikan untuk terus belajar mengasah potensi yang dimiliki. Dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki, guru di Indonesia selayaknya harus berpijak pada pemikiran fiosofis Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan tentang tujuan dari pendidikan, yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, pendidik dengan segenap hati dan jiwa menuntun agar anak tidak kehilangan arah. Memberikan ruang bagi anak agar bisa bebas belajar untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Seperti dalam penerapan filosofi pendidikan saat ini tentang Merdeka Belajar.

Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik dalam membangun karakter anak di ruang belajar dengan berbagai situasi dan kondisi. Pelajar Pancasila dalam hal ini adalah pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.

Menuntun segala kekuatan kodrat bisa dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu di ruang-ruang pembelajaran dimana guru dan peserta didik berinteraksi secara langsung. Peran guru menciptakan suasana merdeka belajar yang nyaman dan membuat murid Bahagia serta bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Selain itu guru juga harus mampu menggali dan mengembangkan potensi murid serta mengakomodasi karakteristik massing-masing peserta didik.

Usaha yang bisa kita lakukan sebagai guru adalah mampu mendesain sebuah pembelajaran menarik dan menyenangkan yang mampu menciptakan kondisi belajar yang lebih aktif dalam bernalar dan berpikir kritis. Dalam hal ini guru harus memperhatikan salah satu dasar pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu azas trikon yang meliputi:


a.  Kontinyu berarti pendidikan haruslah berkembang secara terus-menerus dan berkesinambungan.
b. Konvergen berarti pendidikan juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan akar budaya asalnya.
c. Konsentris berarti perkembangan pendidikan haruslah menghargai keunikan, keragaman dan memerdekakan peserta didik yang berdasarkan kepribadian kita sendiri

Oleh karena itu, hal-hal yang melatarbelakangi pelaksanaan aksi nyata ini sebagai penerapan pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam hal penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sistem pembelajaran Blended Learning, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru, pentingnya pemikiran KHD tentang pendidikan yang memerdekakan, tantangan global tentang perlunya perubahan paradigma pembelajaran, perubahan strategi pembelajaran, dan penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

B.     Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan pelaksanaan aksi nyata ini sebagai penerapan pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam hal penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sistem pembelajaran Blended Learning, yaitu:

1. Proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Meskipun dalam kondisi pembelajaran yang serta terbatas, tapi diharapkan aksi nyata ini dapat mengubah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning), sehingga peserta didik mmpu bertanggung jawab lebih untuk memantau kemajuan belajar mereka sendiri. Selain itu, Peserta didik lebih terlibat jauh dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi (high order thinking), semakin terbiasa berdiskusi dengan kelompoknya mengeksplorasi secara mandiri terhadap suatu permasalahan, memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Terciptanya pembelajaran yang merdeka.

Pembelajaran yang merdeka dalam hal ini adalah terciptanya suasana-suasana yang membahagiakan dalam pembelajaran. Karena setiap anak yang dilahirkan pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Guru harus mampu menjadi teman belajar yang menyenangkan agar proses belajar anak benar-benar atas kesadaraannya sendiri dan merdeka atas pilihannya. Diperlukan kesabaran dalam memfasilitasi, agar anak mampu untuk mengenali potensinya. Karena bakat anak bisa tumbuh ketika anak sudah memiliki minat dan mau berlatih untuk mengasah keterampilannya. Dalam mengawali proses belajar, pendidik juga perlu memiliki kemampuan mendengar yang baik. Tidak hanya sekadar mentransfer pengetahuan dan mendikte anak-anak atas kehendak pendidik.

Pembelajaran yang memerdekakan menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna dan proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk mendengarkan pertanyaan atau pandangan peserta didik. Aktivitas belajar lebih menekankan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, dan menyusun hipotesis.

           3.  Perubahan paradigma pembelajaran

Perkembangan IPTEK dan dinamika masyarakat Indonesia dan dunia saat ini sudah mengalami kemajuan dan perubahan yang relatif sangat cepat, terlebih dengan perkembangan dan kemajuan  teknologi informasi dan komunikasi. Guru sebagai ujung tombak pendidikan di sekolah, sekaligus menjadi agen pembaharuan dan pembangunan sumberdaya manusia,  maka sudah sepantasnya melakukan perubahan positif dalam proses pembelajaran, baik secara individual dan kolektif, agar tidak tertinggal jauh dari perkembangan dan dinamika masyarakat. Perubahan  dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mengikuti dan menyeimbangkan kemajuan IPTEK, khususnya bidang teknologi informasi dan komunikasi.

     4.  Perubahan strategi pembelajaran

Proses pembelajaran yang diterapkan guru selama ini menggunakan pola 'guru sebagai sumber utama' dan model pembelajaran kurang menarik sehingga yang terjadi peserta didik menjadi pasif, jenuh, dan pembelajaran tidak bermakna. Maka diharapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam kondisi pembelajaran Blended Learning mampu menciptkan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

5.  Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Seperti diketahui bahwa model pembelajaran problem based learning dalam tahapannya mengarahkan peserta didik pada suatu pemecahan masalah pembelajaran dengan caranya sendiri. Peserta didik secara mandiri mencari dan memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya sehingga peserta didik akan terbiasa menggunakan nalarnya untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah.

C.    Deskripsi Aksi Nyata
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan, yaitu:
a. Menyusun rencana pembelajaran
b. Membuat instrumen
c. Mendiskusikan rencana dengan guru serumpun
d. Koordinasi rencana aksi dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
e. Koordinasi rencana aksi dengan pimpinan (Kepala Sekolah)

2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan disesuikan dengan langkah-langkah model pembelajaran problem based learning (PBL)
a. Orientasi peserta didik pada masalah
-  Peserta didik ditunjukkan sebuah video ilustrasi berisi masalah yang terdapat dalam sebuah kasus.
- Peserta didik diminta untuk mengamati dan memahami masalah tersebut secara individu, serta mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan.
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
- Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5-6 peserta didik.
- Guru menginstruksikan pada tiap kelompok untuk membuka folder diskusi kelomopok pada LMS Schoology.
- Peserta didik diminta mengunduh LKPD pada LMS Schoology, yang berisikan masalah dan tugas memuat langkah-langkah pemecahan serta meminta peserta didik berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
- Peserta didik diminta bekerja sama dalam kelompok untuk memikirkan secara cermat strategi pemecahan yang berguna untuk pemecahan masalah.
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- Peserta didik diminta untuk bereksperimen dengan media yang disediakan untuk menyelesaikan masalah.
- Guru memperhatikan dan mendorong peserta didik agar secara aktif terlibat dalam diskusi kelompok serta saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut, mengarahkan bila ada kelompok perlu bantuan.
d. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
- Peserta didik diminta untuk menyiapkan hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci, dan sistematis.
- Setiap kelompok diminta mengupload hasil diskusi pada folder yang tersedia di LMS Schoology.
e. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
- Guru meminta peserta didik dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan (mengkomunikasikan) hasil diskusinya di depan kelas secara runtut, sistematis, santun, dan hemat waktu.
- Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok penyaji dengan sopan.
- Guru melibatkan peserta didik mengevaluasi jawaban kelompok penyaji serta masukan dari peserta didik yang lain.
- Melalui tanya jawab, peserta didik diarahkan pada kesimpulan mengenai permasalahan tersebut.

      3. Evaluasi
Hal-hal yang dilakukan pada tahap evaluasi, yaitu:
a. Pengolahan data hasil pengamatan.
b. Melakukan pembahasan hasil pengolahan data
c. Pengambilan kesimpulan
d. Penyusunan rencana tindak lanjut
e. Membuat video aksi nyata 

D.    Hasil Aksi Nyata

Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan aksi nyata yang telah dijabarkan di atas. Oleh karena itu, berdasarkan aksi nyata yang telah dilaksanakan, diperoleh suatu hasi sebagai berikut:
1. Teacher Centered menjadi Student Centered (pembelajaran yang berpusat pada peserta didik)
2. Terciptanya pembelajaran yang merdeka
3. Meningkatnya kemampuan berpikir peserta didik
4. Testimoni yang positif dari rekan guru dan peserta didik

E.     Refleksi Aksi Nyata

Berdasarkan hasi aksi nyata sebagai penerapan pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam hal penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan sistem pembelajaran Blended Learning, diperoleh berbagai pembelajaran penting sebagai refleksi pelaksanaan aksi nyata.
1. Pembelajaran yang baik harus terencana dengan baik
2. Pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan peserta didik
3. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutukan.

F.     Rencana Perbaikan di Masa Mendatang

        Dalam pelaksanaan aksi nyata, tentunya masih ditemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan sehingga perlu perbaikan di masa mendatang. Rencana perbaikan yang akan dilakukan, yaitu:
1. Menyusun instrumen umpan balik yang akan diberikan pada peserta didik dan rekan guru terkait aksi nyata yang dilakukan.
2. Melakukan diskusi dengan peserta didik dan rekan guru terkait ide atau saran yang diperlukan demi peningkatan aksi nyata yang dilakukan.

G.    Dokumentasi Kegiatan
1. Koordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum terkait rencana aksi nyata.

       2. Koordinasi dengan pimpinan/Kepala Sekolah terkait rencana aksi nyata
        3. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan sistem pembelajaran blended learning.




4. Testimoni positif dari rekan guru




5. Testimoni positif dari peserta didik



6. Video Dokumentasi
Aksi Nyata 1.1 Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas dan di Sekolah



Terima Kasih
Salam Guru Penggerak
"Guru Bergerak Indonesia Maju"

0 komentar:

Posting Komentar